Menguasai dan menerapkan prinsip desain User
Interface (UI) adalah langkah fundamental dalam menciptakan pengalaman pengguna
(User Experience/UX) yang optimal. UI tidak hanya berfungsi sebagai tampilan
visual, tetapi juga sebagai medium interaksi utama antara pengguna dengan
sistem. Jika UI dirancang dengan baik, maka pengguna dapat berinteraksi secara
mudah, efisien, dan menyenangkan. Sebaliknya, UI yang buruk dapat menimbulkan
frustrasi, kebingungan, hingga berkurangnya loyalitas pengguna terhadap produk.
Berikut adalah delapan prinsip utama desain UI yang perlu dipahami dan diterapkan:
1. Berpusat pada Pengguna (User-Centered
Design)
Prinsip utama dalam desain UI adalah menempatkan
pengguna sebagai pusat perhatian. Semua keputusan desain harus didasarkan
pada kebutuhan, perilaku, serta tujuan pengguna, bukan hanya pada preferensi
desainer atau pemilik produk.
- Pendekatan UCD (User-Centered Design): Proses desain melibatkan pengguna sejak tahap awal hingga tahap
evaluasi akhir. Ini mencakup riset pengguna, wawancara, pembuatan user
persona, dan user journey mapping.
- Manfaat: Dengan memahami siapa pengguna dan
bagaimana mereka berinteraksi, desainer dapat menciptakan antarmuka yang
lebih intuitif.
- Contoh: Aplikasi transportasi online (Gojek/Grab) menyesuaikan fitur berdasarkan kebutuhan pengguna lokal, seperti metode pembayaran tunai dan navigasi yang disederhanakan.
2. Konsistensi
Konsistensi berarti menjaga kesamaan
tampilan dan perilaku elemen UI di seluruh bagian aplikasi.
- Mengapa penting:
Konsistensi membantu pengguna membangun mental model sehingga
mereka dapat dengan mudah menebak apa yang akan terjadi ketika
berinteraksi.
- Prinsip: Elemen seperti ikon, tombol, warna,
tipografi, maupun pola navigasi harus dipertahankan seragam.
- Contoh: Tombol “Back” di aplikasi iOS selalu berada di sisi kiri atas. Jika letaknya berubah-ubah, pengguna akan bingung.
3. Responsif dan Memberikan Umpan Balik
Dalam interaksi manusia-komputer, respon
cepat dan umpan balik yang jelas sangat krusial.
- Mengapa penting:
Pengguna tidak suka menunggu tanpa kepastian. Tanpa feedback, mereka bisa
mengira sistem macet.
- Bentuk feedback:
Loading spinner, progress bar, notifikasi suara, atau perubahan warna pada
tombol setelah diklik.
- Contoh: Saat mengunggah foto ke Instagram, muncul progress bar yang memberi tahu sejauh mana proses berjalan.
4. Kesederhanaan (Simplicity)
Desain UI harus sederhana, fokus, dan tidak
membebani pengguna dengan informasi yang berlebihan.
- Mengapa penting:
Semakin banyak elemen yang ditampilkan, semakin tinggi cognitive load
yang dialami pengguna.
- Strategi: Gunakan prinsip KISS (Keep It Simple,
Stupid), tampilkan informasi penting saja, sembunyikan detail sekunder
di balik navigasi yang jelas.
- Contoh: Google Search menampilkan hanya satu kotak pencarian di halaman utama—sederhana, fokus, dan efektif.
5. Visibilitas
Visibilitas berarti memastikan elemen
penting mudah dilihat, dikenali, dan diakses.
- Prinsip: Fitur utama jangan disembunyikan,
gunakan hierarki visual untuk memandu mata pengguna.
- Teknik: Pemilihan warna kontras, ukuran font
yang cukup besar, serta posisi elemen yang strategis.
- Contoh: Tombol “Checkout” di e-commerce biasanya diberi warna kontras seperti hijau/kuning agar mudah ditemukan.
6. Affordance (Keterlihatan Fungsi)
Affordance adalah isyarat visual yang
menunjukkan bagaimana sebuah elemen dapat digunakan.
- Mengapa penting:
Pengguna tidak seharusnya menebak fungsi elemen UI, melainkan bisa
langsung mengerti hanya dengan melihatnya.
- Contoh affordance:
- Tombol berbentuk kotak dengan bayangan → menunjukkan bisa diklik.
- Link berwarna biru dan bergaris bawah → menunjukkan bisa ditekan.
- Kesalahan umum: Ikon abstrak tanpa label yang membingungkan pengguna baru.
7. Minimalisasi Kesalahan (Error Prevention
& Recovery)
UI yang baik mencegah kesalahan sejak awal
dan memberikan solusi bila kesalahan terjadi.
- Strategi pencegahan:
- Validasi input (misalnya email harus ada “@”).
- Konfirmasi sebelum tindakan berisiko (seperti menghapus data).
- Recovery: Berikan pesan error yang jelas, solutif,
dan tidak menyalahkan pengguna.
- Contoh: Gmail menampilkan peringatan jika pengguna lupa melampirkan file setelah mengetik “terlampir” di email.
8. Aksesibilitas
Aksesibilitas memastikan desain dapat
digunakan oleh semua orang, termasuk pengguna dengan keterbatasan fisik,
sensorik, atau kognitif.
- Pedoman utama: WCAG
(Web Content Accessibility Guidelines).
- Prinsip aksesibilitas:
- Teks alternatif untuk gambar (alt text).
- Warna dengan kontras tinggi.
- Dukungan screen reader.
- Navigasi dengan keyboard.
- Contoh: Facebook menyediakan opsi teks otomatis
untuk gambar agar bisa dibaca oleh pengguna tunanetra.
Prinsip desain UI bukan sekadar aturan
estetika, melainkan strategi untuk menciptakan pengalaman pengguna yang
efektif, efisien, dan inklusif. Dengan menerapkan prinsip berpusat pada
pengguna, konsistensi, responsif, kesederhanaan, visibilitas, affordance,
minimalisasi kesalahan, dan aksesibilitas, desainer dapat menghadirkan
antarmuka yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga mudah digunakan oleh
semua kalangan.
Desain UI yang baik akan berperan penting dalam meningkatkan kepuasan, loyalitas, serta keberhasilan sebuah produk digital di tengah persaingan global.
Referensi
- SIS Binus. (21 Oktober 2024). Prinsip Utama Desain UI untuk UX dalam Membuat Interface yang
Lebih Baik. School of Information
Systems, BINUS. https://sis.binus.ac.id/2024/10/21/prinsip-utama-desain-ui-untuk-ux-dalam-membuat-interface-yang-lebih-baik/
